Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

ASAL USUL KOTA JOMBANG ~ Cerita Rakyat Jawa Timur | Dongeng Kita

Friday, May 20, 2022 | May 20, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-05-21T04:17:05Z

ASAL USUL KOTA JOMBANG ~ Cerita Rakyat Jawa Timur | Dongeng Kita


ASAL USUL KOTA JOMBANG ~ Cerita Rakyat Jawa Timur | Dongeng Kita


asal-usul Jombang kisah dari provinsi Jawa Timur

kabupaten Jombang adalah kabupaten yang

terletak di provinsi Jawa Timur Jombang

dikenal dengan sebutan kota santri

karena banyaknya pondok pesantren yang

berdiri di kabupaten ini

Kabupaten Jombang pada mulanya merupakan

gerbang Kerajaan Majapahit

gapura bagian barat adalah Desa

tunggorono

sedangkan gapura bagian selatan adalah

Desa ngrimbi pada logo Kabupaten Jombang

selain terdapat gerbang juga didasari

warna merah dan hijau

disebut-sebut dua warna inilah yang

menjadi asal muasal nama Jombang konon

nama Jombang tidak lepas dari sosok

kebokicak dan surontanu kebokicak semula

bernama Jo plus Ia adalah anak dari ibu

wandan Wang ori di Dusun Karang kejambon

Jombang suatu ketika Joko tulus muda

ingin memiliki wilayah kekuasaan

Ia menyampaikan niatnya pada sang Ibu

namun niatnya tidak direstui oleh ibunya

meski dilarang Joko tulus tetap

melanggar larangan ibunya tersebut

setelah melanggar perintah ibunya Joko

tulus semakin menjadi-jadi

tingkah lakunya semakin tidak terkontrol

dan tanpa aturan cara Jalan Joko tulus

juga terpincang-pincang

karena sikapnya itu ia pun dijuluki

kebokicak

menyadari keadaannya gebuki cat lantas

mengembara untuk berguru kepada Kiai

Kyai Sakti diantaranya berguru di

Banyuwangi dan di padepokan sumoyono

Desa Cukir kecamatan Diwek kabupaten

Jombang Hai di padepokan sumoyono itu

kebokicak bertemu dengan surontanu yang

tak lain adalah anak pamannya sendiri di

padepokan tersebut kebokicak berlatih

tanpa lelah hingga berhasil menguasai

ilmu kanuragan yang membuatnya menjadi

seorang yang sakti di padepokan yang

sama surontanu juga tak kalah hebatnya

dengan kebokicak

surontanu berhasil menguasai ilmu

kesaktian dan memperoleh salah satu

hewan peliharaan pusaka yakni banteng

tracak Kencono

Setelah lama berguru di padepokan

sumoyono kebokicak yang sejak kecil

tidak tahu dimana sang ayah akhirnya

berupaya untuk mencari keberadaan

ayahnya

ia keluar masuk ke daerah-daerah di

sekitar tempat tinggalnya

akhirnya sampailah pencarian kebokicak

di Kerajaan Majapahit gemuk Icak dengan

kesaktiannya memasuki Kerajaan Majapahit

demi mencari tahu keberadaan ayahnya

yang bernama Patih Pamulang Jagat

setelah melalui berbagai rintangan

akhirnya kebokicak diperbolehkan

menghadap pada Patih pranggulang Jagat

ampun Pak juga ada seorang pemuda yang

mengaku sebagai anak maduka

bawa masuk kemari Jika dia benar anakku

maka tunjukkan buktinya diluar dugaan

kebokicak Fatih Pamulang Jagat sang ayah

yang dicarinya mengajukan syarat padanya

kebo kicak pun bersedia melakukan syarat

apapun yang diminta ayahnya kau harus

mengangkat batu hitam yang ada di Sungai

Brantas

Hai kau juga harus berhadapan dengan

baju hijau dan mengalahkannya Apakah kau

siap baik Akan aku buktikan saat ini

juga

tidak menunggu lama kebokicak segera

menemui baju ijo dengan kesaktian yang

dimilikinya bukan hal sulit baginya

untuk bisa mengalahkan Bajul Ijo hanya

dengan beberapa kali jurus kebokicak pun

berhasil mengalahkan baju ijo kebokicak

juga berhasil mengangkat batu hitam di

Sungai Brantas tanpa halangan apapun

batu besar hitam yang sangat berat itu

berhasil diangkat dan dibawa keluar

Sungai Brantas

melihat kebokicak berhasil memenuhi

syarat yang diminta Patih pranggulang

Jagat pun merestui dan mengakui

kebokicak sebagai anaknya Ia juga

menyerahkan wilayah barat sebagai

kekuasaan kebokicak

Hai suatu ketika di tempat tinggal

kebokicak terjadi wabah penyakit konon

wabah akan berhenti jika ada yang

berhasil mengalahkan banteng pusaka

milik surontanu Mendengar hal itu ke

bukit Cak berusaha membunuh banteng

pusaka milik surontanu surontanu yang

sudah berjanji akan menjaga banteng

tracak Kencono tidak tinggal diam

mendengar ada yang berusaha untuk

membunuh usahanya tak pelak lebih

pertarungan saudara seperguruan antara

kebo kicak dan surontanu pun terjadi

tidak ingin dikalahkan kebokicak

surontanu pun pergi ke berbagai tempat

konon kebokicak terus mengejar surontanu

bersama banteng tracak Kencono di daerah

Parimono surontanu lari bersama

bantengnya kearah sawah yang kala itu

penuh tanaman padi sehingga tanaman padi

yang menghampar pun rusak gemuk Icak

yang menyaksikan pelarian suronto Ibnu

hanya geleng-geleng kepala bakal

lahirlah sebutan Parimono atau padi yang

disasak hingga rusak surontanu juga

berlari kearah Utara ia menemukan sebuah

rumah beratap jerami dan alang-alang

yang didalamnya terdapat pemandian

kerbau sementara kebokicak tetap mencari

surontanu dimanapun berada dalam

pengejaran itu kebokicak kelelahan dan

beristirahat di bawah pohon beringin

raksasa hingga tertidur

setelah merasa cukup beristirahat gebuki

Cak segera bangun dan melanjutkan

pencarian surontanu percaya ama dalam

perjalanan ke bukit cat dan Surround

tahu pun bertemu mereka kembali

bertarung dengan mengeluarkan segala

kesaktiannya tinggal muncul kilatan

cahaya hijau dan bau-bau atau cahaya

hijau dan merah diatas langit dalam

perang tanding itu surontanu akhirnya

terkecil mundur dan lari ke arah timur

Hai pertandingan mereka yang memunculkan

cahaya berwarna hijau dan merah atau

hijau Abang itu yang menjadi cikal-bakal

penyebutan nama Jombang yakni berasal

dari akronim kata ijoabang menjadi

Jombang warna hijau dan merah juga ada

dalam logo Kabupaten Jombang hijau

bermakna kesuburan ketenangan dan

kebaktian kepada Tuhan Yang Maha Esa

sedangkan warna merah berarti keberanian

dinamis dan kritis dari beberapa titik

lokasi pertarungan kebokicak dan

surontanu juga menjadi asal-usul

sejumlah daerah di Kabupaten Jombang

seperti nama daerah Parimono hingga kini

nama Jombang selalu dikaitkan dengan

kebokicak dan surontanu nama kebokicak

dan surontanu pun senantiasa diingat

oleh masyarakat Jombang dengan berbagai



Desa Cupak terletak di Kecamatan Ngusikan Kabupaten Jombang. Desa hasil pemekaran kecamatan Kudu tersebut, terletak di bagian utara Kabupaten Jombang yang berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Lamongan.

Pada acara pembukaan pengabdian masyarakat Desa dan Mitra (Deputra) BEM FIB UNAIR, Winarsono selaku Kepala Desa Cupak mengatakan, Cupak merupakan desa terpencil dari sebelas desa yang ada di kecamatan Ngusikan, mempunyai tiga dusun yakni Cupak, Asemgede, dan Kromo.

“Desa Cupak ini sendiri mempunyai luas 71 Hektar dan memiliki jumlah penduduk sekitar 937 orang” papar Winarsono pada pembukaan Deputra di Balai Desa Cupak (19/12).

Pada tahun 2016, Desa Cupak ditunjuk sebagai Kampung Keluarga Berencana (KB) oleh Pemerintah Kabupaten Jombang. Alasannya, karena desa tersebut mempunyai inovasi kependudukan yang dilakukan warga sekitar sejak lama.

“karena setiap keluarga mulai balita, remaja, orangtua, dan lansia (Desa Cupak, Red) terlibat aktif pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan KB dari dulu,” Terang Winarsono.

Potensi Desa Cupak

Selain sebagai percontohan kampung KB, Cupak juga mempunya potensi unggulan yang sangat menarik. Winarsono menuturkan, ada tiga potensi besar yang ada di Desa Cupak.

Pertama, Desa Cupak mempunyai kawasan religi Gunung Pucangan. Tempat yang mempunyai peninggalan situs Raja Airlangga tersebut, sering dikunjungi warga sebagai tempat wisata sejarah untuk mengetahui napak tilas perjalanan Raja Airlangga dengan adanya makam-makam kuno, salah satunya Dewi Kilisuci.

“kebanyakan dari mereka mengunjungi makam Dewi Kilisuci, Anak perempuan semata wayang Airlangga, tiap Kamis Kliwon atau Jum’at Legi,” imbuhnya.

Kedua, Desa Cupak menerapkan pola tanaman sela (tumpang sari, Red) di pegunungan yang luas. Tanaman seperti jagung, kunyit, dan gadung ditanam dengan teknik terasering di tengah hutan jati.

“Jagung yang ditanam disini dijadikan sebagai bibit unggulan jenis bisi, dan bahan tepung mie oleh PT Ambico,” ujar Lastiyo, petani jagung desa Cupak.

Ketiga, adalah kerajinan anyaman kloso (tikar). Warga Desa Cupak memanfaatkan daun pandan sebagai kerajinan untuk membuat tikar. Tak jarang, Tikar Cupak dipesan hingga ke daerah lain seperti Mojokerto dan Surabaya.

Terakhir, Winarsono berharap, dengan adanya kegiatan Deputra di Desa Cupak, dapat membantu pengembangan ekonomi desa dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar secara berkelanjutan (*).

Penulis: Fariz Ilham Rosyidi

Editor: Nuri Hermawan
×
Berita Terbaru Update